Feeds RSS

Sunday, January 3, 2010

Heart Block: Biarkan Cinta Menemukanmu


Judul: Heart Block

Penulis: Okke ‘sepatumerah’

Penerbit: Gagasmedia

Harga: Rp 30.000


Saya menemukan buku ini ditengah-tengah tumpukan buku yang diklaim sebagai “buku baru”. Kalau saya memeriksa halaman pustakanya tertulis buku ini memang terbit pada 2010. Sangat baru memang, karena waktu itu saja saya membeli pada Desember 2009.

Dari judulnya, Heart Block, saya menebak kalau isi bukunya pasti berkaitan dengan dunia penulis dan dicampur percintaan yang juga ter-block. Dan memang tebakan saya tidak terlalu meleset.

Okke menceritakan kisah seorang penulis (yang seharusnya berbakat) bernama Senja. Selain karena bakat menulis, networking Tasya, kakak tirinya, yang membuat dia berhasil menjadi penulis yang cukup terkenal. Sayang, menjadi terkenal dengan segala macam publisitas menjadikan Senja merasa dirinya menjadi mandeg, karena menulis seakan tidak lagi menjadi hobby tetapi malah menjadi “keharusan”. Di tengah kepenatan itulah akhirnya Senja melarikan diri ke Bali. Pelarian itu berbuah manis berupa pertemuan dia pada Genta, cowok ganteng yang juga seorang seniman lukis. Bisa ditebak, kalau Senja jatuh cinta pada Genta. Cinta inilah yang bisa mengembalikan moodnya untuk menulis lagi.

Kisah di buku ini sungguh mengalir, rentang pertemuan singkat diceritakan dengan detail-detail jelas. Hal ini membuat saya kaget karena saya sudah sampai ke halaman 111 dari buku ini, tapi koq ya ceritanya berasa belum maju. Masih berkutat pada kebosanan Senja untuk menulis. Untungnya, Okke segera membelokkan ceritanya pada satu kejadian dimana Senja mendapat “40 days project” yang membuatnya harus bisa menyelesaikan satu novel dalam 40 hari. Kejadian inilah yang mendorong Senja melakukan pelarian demi mengembalikan mood menulisnya. Dan alur ceritanya mulai berubah menjadi petualangan Senja di setiing berbeda, Ubud Bali.

Saat membaca buku ini saya membayangkan Okke menceritakan sosok Senja, dan sepertinya Senja itu adalah jelmaan Okke yang menceritakan sosok Senja lainnya bernama Kirana. Di tulisan Senja juga menceritakan sosok Genta sebagai Genta. Saya merasakan karakter yang sama pada tokoh yang berbeda. Seperti redundan, tapi ya begitulah dunia menulis. Terkadang kisah hidup sendirilah yang dijadikan bahan tulisan. Hal ini sempat juga dibahas di Heart Block.

Lanjut ke separuh terakhir buku ini cukup mengingatkan pada kebosanan saya dalam bekerja, tak hanya buat penulis tapi semua jenis pekerjaan. Di halaman 211 Genta sempat berkata begini pada Senja:

“..Ketika kamu menjadikan apa pun sebagai profesi, nggak ada waktu untuk mood nggak mendukung atau kehilangan inspirasi. Misalnya, kamu kerja sebagai satpam , memang kamu bisa bilang ‘Aku nggak mau jaga hari ini karena aku lagi kena satpam’s block, bisa begitu?”


Pernyataan Genta itu benar-benar mengingatkan pada apa yang saya alami sekarang. Gimana mau kerja kalau nunggu mood, ya bisa-bisa nggak kerja deh. Ada lagi pernyataan yang menohok disampaikan oleh Genta nya Kirana.

“..Writer’s block itu Cuma alasan bagi seseorang untuk memanjakan dirinya. Supaya kemalasan menulis terdengar keren aja.”


Hoalahh, saya makin merasa tersindir oleh kalimat itu.

Tiga halaman terakhir, Okke memberikan tips soal mengatasi Writer’s Block yang menjadi tema utama. Ya, tema utama. Karena memang saya malah tidak terlalu merasakan bagian “Heart” Block di buku ini. Meskipun sub judulnya berbunyi “Biarkan Cinta Menemukanmu”, tapi memang bagian penemuan cinta ini seperti tidak terlalu ditekankan oleh Okke. Kisah Senja pada Genta saya rasakan sebagai bagian pelengkap demi menyampaikan pesan bagaimana mengatasi kebuntuan kreativitas dalam menulis.

Secara keseluruhan buku ini memberikan pengertian saya pada dunia tulis menulis, publikasi, bahkan mengenai passion terhadap sesuatu. Tapi, bukan berarti Okke menceritakannya dengan detail dan terkesan berat, semuanya ringan khas “cerita anak muda” saja.

2 comments:

Mona said...

huhaaa.. aku lagi ngincer buku ini tapi belum sempet beli, eh.. kamu udah beli duluan.. ajaja..

abdi-sketchman said...

=)
bagus jg. aku jd inget comic artist favoritku: Jim Lee (jd inget jg aku berkali2 cerita tentang ini ke banyak orang). Jim Lee awalnya lulusan Psikiatri yg berniat melanjutkan ke kedokteran, bidang yang sebenarnya diinginkan ayahnya untuk ia masuki. tapi saat kuliah ia jg mengambil kelas seni rupa (yg kalo g salah ada kelas Mime - pantomimnya). Dari situ ia ingat kembali apa yang pernah ditulis teman dekatnya di buku tahunannya saat kelulusan SMA. Temannya menulis kalau dengan kemampuan menggambarnya yang dinamis, Jim akan menjadi seorang comic artist terkenal".

Jim Lee pun mengikuti instingnya dan meneruskan hobinya menjadi seorang seniman. setelah melamar ke sana ke mari Marvel Comics merekrutnya dan karya2 Jim Lee menjadi sangat fenomenal di pertengahan tahun 80-an. Setelah beberapa tahun di Marvel mengerjakan X-Men dan Punisher: War Journal, Lee pindah ke DC Comics. Pada tahun 2002-2003, bersama penulis Jeph Loeb, Jim Lee mengerjakan satu serial Batman, yaitu Batman: Hush! juga menjadi terkenal dan fenomenal yang membuat desain Batman (dan semua karakter pendukungnya) suatu standar dan patokan bagi comic artist lain. Ia bahkan sempat disebut sebagai "maestro Batman" oleh Tony S. Daniel, salah satu comic artist DC yg jg beberapa kali menangani serial Batman.

Satu hal yg aku ingat dy pernah katakan (di video yang diposting di Youtube & jg tweet-ny):
"Doing the things you love, it doesn't feel like working at all."

[jd mikir2; apa aku terusin dpt gelar drg setelah dpt SKg ini, y? sayang jg; tp aku jg pgn gambar terus & jadiin pekerjaan. hehe...]

Post a Comment