Feeds RSS

Tuesday, January 19, 2010

Promo Buku

Hi all..

kali ini bukan review yang ditampilin, tapi ada Promo buku-buku. Buat ngabisin stock. jadi, di diskon lumayan banget! Kalau ada yang dipengen, just let me know.. Email ke inandatiaka@gmail.com
Happy shopping :)



Ohya, smua buku yang ada di sini adalah buku baru ya..

*please click image for larger view

My Stupid Boss



Judul: My Stupid Boss
Penulis: Chaos@Work
Penerbit: Gradien Mediatama
Harga: Rp. 27.000

Jangan harap buku setebal 240 halaman ini punya alur cerita jelas, karena isi buku ini hanya kepingan-kepingan adegan kocak antara seorang pegawai dengan atasannya. Adalah seorang wanita Indonesia yang bekerja di Malaysia, dan memiliki bos orang Indonesia juga. Satu kampung halaman bukan jaminan pekerjaannya jadi lebih mudah, tetaplah karakter individu yang menentukan bagaimana cara bekerja sama. Suasana kerjanya tiap hari didefiniskan dengan kondisi gempa tektonik berkekuatan 7.9 skala richter !

Chaos@work, begitu wanita ini menyebut identitasnya, menceritakan kesehariannya di kantor yang sangat amburadul. Punya bos yang keras kepala, jago ngeles dan punya penyakit amnesia mendadak. Kantornya yang tidak punya sistem manajemen yang jelas membuat si Bos bisa berlaku seenaknya, dan tentunya wanita ini sebagai kepala administrasi harus menanggung segala kekacauan yang ada.

Buku ini sukses membuat saya senyum-senyum dan tergelak. Bagaimana tidak, jika saya bayangkan punya Bos yang merasa bahwa dirinya yang menemukan GPS bahkan merasa otaknya secanggih GPS. Di cuplikan lain, ada cerita si Bos yang berani mengambil proyek impossible sambil meyakinkan staff nya dengan kalimat “Impossible we do, Miracle we try”. Dan proyek itu berjalan dengan embel-embel si Bos dan pegawainya berkejaran dengan babi hutan. Si Bos juga punya penyakit paranoia akut, selalu curiga dengan segala tindakan para pekerjanya. Setiap jawaban yang dilontarkan para pegawainya harus diyakinkan dengan pertanyaan balik “Pasti? Yakin? Are you sure?”.

Setelah menyelesaikan seluruh cerita di buku ini membuat saya berandai-andai punya atasan seperti si Bos yang diceritakan. Sepertinya kehidupan pekerjaan saya akan menjadi menegangkan, menantang dan menyenangkan! Tingkah laku si Bos yang mencengangkan ditambah bantahan dan aksi balas dendam chaos@work membuat cerita-cerita buku ini layak dibaca setelah ketegangan sehari-hari di kantor.

Monday, January 4, 2010

Nyonya Jetset



Judul: Nyonya Jetset
Penulis: Alberthiene Endah
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 55.000

Tidak seperti biasanya, kali ini saya memilih buku karena ditawarkan oleh rekan kerja. Beberapa teman yang sudah membaca buku ini bercerita sambil menggebu-gebu. Karena ceritanya sangat menarik bagi mereka, para pengamat sosialita yang terbiasa melihat kemewahan dari kehidupan kaum yang dipujanya.

Penulis buku ini, Alberthiene Endah, yang saya tahu ialah seorang yang menuliskan biografi dua orang ternama, Krisdayanti dan Anne Avanti. Baru kali ini saya melihat dia menuliskan buku yang bergenre drama. Sampul depan buku ini mengingatkan saya pada sampul-sampul novel terjemahan lainnya. Contoh novel yang sangat jarang sekali saya selesaikan bacaannya, karena terjemahan sepertinya terbentur perbedaan bahasa sehingga ide asli penulis seperti tak tersampaikan. Kurang greget buat saya. Untungnya, novel ini bukan terjemahan.

Nyonya Jetset merupakan novel berdasarkan kisah nyata. Diceritakan seorang model cukup laris di kancah modelling Ibukota, Roos, menikahi seorang pria yang tampak sempurna. Tampan, mapan dan anak dari pengusaha kaya dan terpandang di Indonesia. Kehidupannya berbeda dengan kehidupan ekonomi keluarga Roos.

Kehidupan yang diimpikan banyak gadis itu sudah dimulai ketika pesta pernikahan mereka berlangsung. Roos tidak perlu mengeluarkan sedikitpun tenaga untuk mengatur pesta pernikahan yang sangat megah. Hanya diam sambil mengamati dan terjadilah pernikahan bertabur kemewahan itu.

Kemewahan itu pun masih terus berlangsung saat kehidupan pernikahannya berlangsung. Diceritakan kalau Edwan memberikan sejumlah uang yang sangat banyak serta beberapa kartu kredit unlimited.Semuanya boleh dipergunakan Roos untuk berbelanja apa saja untuk menghilangkan kebosanan.

Namun, siapa sangka kehidupan bak negeri dongeng itu tak semulus yang diharapkan. Jika kartu kredit unlimited itu diberikan untuk menghilangkan kebosanan, dan benarlah bahwa kartu kredit itulah satu-satunya penghilang kebosanan yang “diperbolehkan” oleh Edwan. Roos diperbolehkan keluar rumah untuk berbelanja sepuasnya, namun ia tidak dibebaskan untuk memilih teman berbelanja. Bahkan Alisha, sahabatnya sejak jaman modelling pun tidak boleh mendekati Roos lagi, karena anggapannya akan memperburuk citra keluarga.

Intrik dari cerita buku ini berlanjut dengan segala larangan Edwan pada Roos dengan dasar prestise serta nama baik keluarganya. Konflik bergulir dari satu kemarahan ke kemarahan Edwan lainnya, dan ditampik dengan pembangkangan Roos. Sepanjang ceritanya seperti tarik ulur antara kedua hal itu. Berputar bak lingkaran setan. Saya sempat gemas dibuat oleh permainan drama yang seperti berulang-ulang. Belum lagi penulis tidak terlalu menggambarkan emosi secara mendalam pada ceritanya. Tapi toh, saya ingat bahwa ini berdasarkan kehidupan nyata. Si penulis tidak bisa serta merta mengubah alur cerita dari kehidupan tokoh utama atau memberikan reaksi yang berlebihan untuk membangkitkan emosi. Alur ceritanya jadi mengingatkan saya pada kenyataan hidup, bahwa kita seringkali mengulang kesalahan yang sama berkali kali hanya karena sebuah label yang bernama cinta.

Novel dengan gaya bahasa yang hampir mirip gaya terjemahan ini, menggambarkan hampir utuh potret dari kehidupan kaum jetset. Meskipun tak bisa juga digeneralisir untuk semua keluarga. Kekayaan, nama baik dan pencitraan masih diletakkan di atas segala-galanya. Tak boleh ada seorangpun yang boleh”menyenggol” ketiga hal tersebut. Jika tersenggol maka mereka akan disenggol balik dengan berbagai cara, kekerasan fisik atau mental. Seperti ketika Roos yang ingin meminta cerai akibat siksaan dari suaminya, prosesnya dibuat sulit oleh Ibundanya Edwan. Semuanya atas nama “nama baik” keluarga. Potret inilah yang menyadarkan kita bahwa pepatah tak ada gading yang tak retak itu benar adanya. Seperti di salah satu bagian Roos sempat berfikir seperti ini:

Betapa hidup kami, perempuan-peremupuan yang berkelebatan di ranah keluarga jetset ini, sungguh seperti terkurung dalam bekapan kristal, Kelihatannya indah memencarkan cahaya. Tapi di dalamnya kami diimpit oleh bongkahan runcing yang membentuk keindahan itu, kami semua terluka.


Selesai membaca novel setebal 360 halaman ini fikiran saya sempat melayang pada sebuah kejadian nyata yang kisahnya pernah ramai dibicarakan di media massa. Seorang pangeran dari negeri jiran yang dikabarkan menyiksa istrinya yang cantik jelita, hingga istrinya kabur kembali ke Indonesia demi meminta perlindungan. Di pemberitaan yang lain yang masih hangat diceritakan juga seorang model cantik yang tengah naik daun menghentikan karir keartisannya karena dilarang oleh calon suaminya yang seorang pengusaha kaya dan terkenal. Kisah Alberthiene ini seakan melengkapi drama sepotong dari putri negeri jiran, dan mungkin bisa saja menjadi masa depan dari si model cantik itu. Entahlah, saya juga hanya mengira-mengira. Satu yang pasti, setelah membaca buku ini saya jadi tidak mau bermimpi muluk-muluk dipersunting oleh pria kaya raya yang tampan seakan hidup saya sempurna karena itu. Toh, tak ada gading yang tak retak.

Sunday, January 3, 2010

Heart Block: Biarkan Cinta Menemukanmu


Judul: Heart Block

Penulis: Okke ‘sepatumerah’

Penerbit: Gagasmedia

Harga: Rp 30.000


Saya menemukan buku ini ditengah-tengah tumpukan buku yang diklaim sebagai “buku baru”. Kalau saya memeriksa halaman pustakanya tertulis buku ini memang terbit pada 2010. Sangat baru memang, karena waktu itu saja saya membeli pada Desember 2009.

Dari judulnya, Heart Block, saya menebak kalau isi bukunya pasti berkaitan dengan dunia penulis dan dicampur percintaan yang juga ter-block. Dan memang tebakan saya tidak terlalu meleset.

Okke menceritakan kisah seorang penulis (yang seharusnya berbakat) bernama Senja. Selain karena bakat menulis, networking Tasya, kakak tirinya, yang membuat dia berhasil menjadi penulis yang cukup terkenal. Sayang, menjadi terkenal dengan segala macam publisitas menjadikan Senja merasa dirinya menjadi mandeg, karena menulis seakan tidak lagi menjadi hobby tetapi malah menjadi “keharusan”. Di tengah kepenatan itulah akhirnya Senja melarikan diri ke Bali. Pelarian itu berbuah manis berupa pertemuan dia pada Genta, cowok ganteng yang juga seorang seniman lukis. Bisa ditebak, kalau Senja jatuh cinta pada Genta. Cinta inilah yang bisa mengembalikan moodnya untuk menulis lagi.

Kisah di buku ini sungguh mengalir, rentang pertemuan singkat diceritakan dengan detail-detail jelas. Hal ini membuat saya kaget karena saya sudah sampai ke halaman 111 dari buku ini, tapi koq ya ceritanya berasa belum maju. Masih berkutat pada kebosanan Senja untuk menulis. Untungnya, Okke segera membelokkan ceritanya pada satu kejadian dimana Senja mendapat “40 days project” yang membuatnya harus bisa menyelesaikan satu novel dalam 40 hari. Kejadian inilah yang mendorong Senja melakukan pelarian demi mengembalikan mood menulisnya. Dan alur ceritanya mulai berubah menjadi petualangan Senja di setiing berbeda, Ubud Bali.

Saat membaca buku ini saya membayangkan Okke menceritakan sosok Senja, dan sepertinya Senja itu adalah jelmaan Okke yang menceritakan sosok Senja lainnya bernama Kirana. Di tulisan Senja juga menceritakan sosok Genta sebagai Genta. Saya merasakan karakter yang sama pada tokoh yang berbeda. Seperti redundan, tapi ya begitulah dunia menulis. Terkadang kisah hidup sendirilah yang dijadikan bahan tulisan. Hal ini sempat juga dibahas di Heart Block.

Lanjut ke separuh terakhir buku ini cukup mengingatkan pada kebosanan saya dalam bekerja, tak hanya buat penulis tapi semua jenis pekerjaan. Di halaman 211 Genta sempat berkata begini pada Senja:

“..Ketika kamu menjadikan apa pun sebagai profesi, nggak ada waktu untuk mood nggak mendukung atau kehilangan inspirasi. Misalnya, kamu kerja sebagai satpam , memang kamu bisa bilang ‘Aku nggak mau jaga hari ini karena aku lagi kena satpam’s block, bisa begitu?”


Pernyataan Genta itu benar-benar mengingatkan pada apa yang saya alami sekarang. Gimana mau kerja kalau nunggu mood, ya bisa-bisa nggak kerja deh. Ada lagi pernyataan yang menohok disampaikan oleh Genta nya Kirana.

“..Writer’s block itu Cuma alasan bagi seseorang untuk memanjakan dirinya. Supaya kemalasan menulis terdengar keren aja.”


Hoalahh, saya makin merasa tersindir oleh kalimat itu.

Tiga halaman terakhir, Okke memberikan tips soal mengatasi Writer’s Block yang menjadi tema utama. Ya, tema utama. Karena memang saya malah tidak terlalu merasakan bagian “Heart” Block di buku ini. Meskipun sub judulnya berbunyi “Biarkan Cinta Menemukanmu”, tapi memang bagian penemuan cinta ini seperti tidak terlalu ditekankan oleh Okke. Kisah Senja pada Genta saya rasakan sebagai bagian pelengkap demi menyampaikan pesan bagaimana mengatasi kebuntuan kreativitas dalam menulis.

Secara keseluruhan buku ini memberikan pengertian saya pada dunia tulis menulis, publikasi, bahkan mengenai passion terhadap sesuatu. Tapi, bukan berarti Okke menceritakannya dengan detail dan terkesan berat, semuanya ringan khas “cerita anak muda” saja.

Pengantar

Saya tipe pembaca yang tidak terlalu percaya pada cap “best seller”. Saya memilih bacaan random, tergantung mood saja. I do judge a book by it’s cover. Saya percaya resensi yang tertera di sampul belakang buku. Sangat senang jika menemukan buku bagus meskipun tanpa embel-embel best seller. Penulisnya akan saya ingat, dan buku selanjutnya pasti saya beli. Ya, saya loyal. Tapi, sering juga saya terjebak dengan indahnya gambar di sampul, dan tak ayal menggolekkan buku begitu saja tanpa membaca sampai tuntas. Oleh karenanya saya buat blog review ini, untuk memaksa saya melahap buku sampai halaman akhir. Apapun isinya. Karena tiap buku adalah ilmu.

Ohya, kalau ditanya apa hubungannya rumahrame sama review buku, saya juga ndak tau tuh.. :D